Motto Kota Tangsel dan Peran Al Syukro Universal

Ahmad Mudzakir, S.Pd., M.Si.
Wakil Direktur Perguruan Islam Al Syukro Universal


141011_logo_tangselBerbeda dengan kota-kota lain, motto Kota Tangerang Selatan ditulis dalam bahasa Indonesia yang lebih mudah difahami, yakni Cerdas, Modern & Religius. Motto ini sangat mudah dihafal, karena ringkas dan  menggunakan bahasa sehari-hari yang sering kita dengar. Bandingkan dengan daerah lain, seperti Depok dengan mottonya Paricara Dharma, hanya sebagian orang saja yang langsung memahami apa maksudnya. Tentu dengan
kemudahan bahasanya, sebuah harapan bahwa makna dari Cerdas, Modern dan Religus itu menjadi identitas dan nilai yang mendasar perilaku masyarakat Tangerang Selatan. Lalu apa makna cerdas, modern dan raligius?

Makna Cerdas
Perihal cerdas, secara umum masyarakat menilai bahwa orang yang cerdas adalah orang yang memiliki kemampuan lebih dibanding orang lain, dalam hal mencerna sebuah pelajaran, mengolah informasi, menuangkan sebuah ide, menyusun rancangan kreatif, menghadapi sebuah masalah dan menyelesaikan suatu urusan. Orang-orang yang cerdas dianggap sebagai orang yang beruntung, dikaruniai potensi lebih dibanding manusia lainnya.
Terdapat beberapa definisi mengenai kecerdasar dari beberapa tokoh. Alfred Binet melihat bahwa kecerdasan terdiri dari 3 aspek, yakni (1) kemampuan untuk memusatkan kepada suatu masalah yang harus dihadapi, (2) kemampuan untuk mengadakan adaptasi terhadap masalah yang dihadapinya atau fleksibel di dalam menghadapi masalah, (3) kemampuan untuk mengadakan kritik, baik terhadap masalah yang dihadapi maupun terhadap dirinya sendiri. Menurut William Stern, kecerdasan merupakan kapasitas atau kecakapan umum pada individu yang secara sadar untuk menyesuaikan fikirannya pada situasi yang dihadapi. Menurut David Wechsler kecerdasan adalah kumpulan atau kapasitas global dari individu untuk bertindak dengan maksud untuk berfikir secara operasional, berbaur dengan lingkungan secara efektif.
Pemahaman masa lalu di masyarakat, orang yang cerdas diukur dengan kemampuanya dalam menguasai sebuah informasi, materi dan gagasan. Anak yang selalu rangking 1, menguasai matematika dengan nilai 9 tentu dianggap cerdas. Sedangkan mereka yang tidak demikian disebut bodoh. Pada fase ini, masyarakat mempersepsi bahwa kecerdasan adalah bertumpu pada kemampuan otak yang lebih. Namun dalam perkembangan lebih lanjut, kita semakin disadarkan dengan temuan-temuan, bahwa kecerdasan bukan hanya bertumpu pada kekuatan otak, tetapi juga kekuatan hati dan mental. Bahkan Daniel Goleman menyimpulkan bahwa faktor penting yang dapat mempengaruhi prestasi seseorang adalah kecerdasan emosional (Emotional Quotient, EQ). Goleman menyatakan bahwa “kontribusi IQ bagi keberhasilan seseorang hanya sekitar 20 % dan sisanya yang 80 % ditentukan oleh serumpun faktor-faktor yang disebut Kecerdasan Emosional.
Intelektual, emosional dan spiritual merupakan pembagian wilayah kecerdasan. Intelektual bertumpu pada kekuatan otak dalam menghadapi masalah, sedangkan emosional menyangkut kemampuan mental, dan spiritual menyangkut keberpihakan pada nilai.
Kecerdasan intelektual atau sering disebut dengan istilah IQ (intelligence quotient) sempat diunggulkan sebagai satu-satunya kriteria kecerdasan manusia. Sir Francis Galton ilmuwan yang memelopori studi IQ dengan mengembangkan tes sensori (1883),  berpendapat bahwa makin bagus sensori seseorang makin cerdas dia. Menurut Heredity Genius (1869) dengan kecerdasan intelektual atau rasional kita mampu memahami, menganalisa, membandingkan, dan mengambil hikmah dari setiap masalah, peristiwa, dan kejadian yang terjadi pada masa lalu, saat ini, dan masa yang akan datang. Namun pada perkembanganya, pemujaan terhadap IQ luntur seiring dengan hasil penelitian Goleman, bahwa faktor yang mempengaruhi kesuksesan sesorang hanya 20% ditentukan oleh kekuatan berfikir, dan 80%nya oleh Kecerdasan Emosional.
Tentang kecerdasan emosional, Steiner (1997) menjelaskan pengertian kecerdasan emosi adalah suatu kemampuan yang dapat mengerti emosi diri sendiri dan orang lain, serta mengetahui bagaimana emosi diri sendiri terekspresikan untuk meningkatkan maksimal etis sebagai kekuatan pribadi. Senada dengan definisi tersebut, Mayer dan Solovey (Goleman, 1999; Davies, Stankov, dan Roberts, 1998) mengungkapkan kecerdasan emosional sebagai kemampuan untuk memantau dan mengendalikan perasaan sendiri dan orang lain, dan menggunakan perasaan-perasaan itu untuk memadu pikiran dan tindakan.
Tentang kecerdasan spiritual, Zohar dan Marshal mendefinisikan kecerdasan spiritual sebagai kecerdasan untuk menghadapi dan memecahkan persoalan makna dan nilai, yaitu kecerdasan untuk menempatkan perilaku dan hidup dalam konteks makna yang lebih luas dan kaya, kecerdasan untuk menilai bahwa tindakan atau jalan hidup seseorang lebih bermakna dari pada yang lain.
Saat ini masyarakat semakin memahami bahwa 3 kekuatan kecerdasan, yakni IQ, EQ dan SQ satu sama lain saling menopang, saling melengkapi. Bahkan ada yang beranggapan bahwa EQ lah yang dominan, dan ada juga yang meyakini, bahwa SQ lah yang terpenting. Hal ini merupakan sebuah harapan, bahwa dengan memperhatikan 3 kecerdasan tersebut, pola berfikir dan tindakan manusia akan lebih humanis, ramah lingkungan, mengandung kabajikan-kebajikan dan bermakna. Di tengah arus globalisasi, yang menurut Anthony Gidden bahwa globalisasi ini tidak menentu arahnya, tunggang langgang, maka nilai-nilai yang terpatri dalam diri seseorang harus kuat supaya tetap kokoh dalam ketidak menentuan kehidupan saat ini. Tiga ranah kecerdasan itu mendorong kita untuk pintar, bijak dan bertanggung jawab terhadap kehidupan.
Selain tiga ranah IQ, EQ dan SQ, di dunia pendidikan juga dikenal dengan Kecerdasan Majemuk, yang digagas oleh Gadner sebagai Multiple Intelegences. Gardner mendefinisikan inteligensi sebagai kemampuan untuk memecahkan persoalan dan menghasilkan produk dalam suatu setting yang bermacam-macam dan dalam situasi yang nyata. Inteligensi bukanlah kemampuan seseorang untuk menjawab soal-soal tes IQ dalam ruang tertutup yang terlepas dari lingkungannya. Akan tetapi, inteligensi memuat kemampuan seseorang untuk memecahkan persoalan yang nyata dan dalam situasi yang bermacam-macam. Seseorang memiliki inteligensi yang tinggi apabila ia dapat menyelesaikan persoalan hidup yang nyata, bukan hanya dalam teori. Semakin seseorang terampil dan mampu menyelesaikan persoalan kehidupan yang situasinya bermacam-macam dan kompleks, semakin tinggi inteligensinya.
Gardner membagi kecerdasan manusia dalam 9 kategori, dimana dalam diri seseorang terdapat kesembilan kecerdasan tersebut, namun untuk orang-orang tertentu kadang suatu inteligensi lebih menonjol daripada yang lainnya:

  1. Inteligensi Linguistik (linguistic intelligence), merupakan kemampuan seseorang dalam menggunakan kata-kata, baik secara lisan maupun tulisan, untuk mengekspresikan ide-ide atau gagasan-gagasan yang dimilikinya.
  2. Inteligensi Matematis-Logis (logic-mathematical intelligence), merupakan kecerdasan yang berkaitan dengan kemampuan penggunaan bilangan dan logika secara efektif. Termasuk dalam kecerdasan ini adalah kepekaan pada pola logika, abstraksi, kategorisasi dan perhitungan.
  3. Inteligensi Ruang (spatial intelligence), kemampuan seseorang dalam menangkap dunia ruang visual secara tepat, seperti yang dimiliki oleh seorang dekorator dan arsitek. Yang termasuk dalam kecerdasan ini adalah kemampuan untuk mengenal bentuk dan benda secara tepat, melakukan perubahan bentuk benda dalam pikiran dan mengenali perubahan tersebut, menggambarkan suatu hal/benda dalam pikiran dan mengubahnya dalam bentuk nyata serta mengungkapkan data dalam suatu grafik.
  4. Inteligensi Kinestetik-Badani (bodily-kinesthetic intelligence), kemampuan seseorang untuk secara aktif menggunakan bagian-bagian atau seluruh tubuhnya untuk berkomunikasi dan memecahkan masalah. Orang yang mempunyai kecerdasan ini dengan mudah dapat mengungkapkan diri dengan gerak tubuh mereka. Apa yang mereka pikirkan dan rasakan dengan mudah dapat diekspresikan dengan gerak tubuh.
  5. Inteligensi Musikal (musical intelligence), kemampuan untuk mengembangkan dan mengekspresikan, menikmati bentuk-bentuk musik dan suara, peka terhadap ritme, melodi dan intonasi serta kemampuan memainkan alat musik, menyanyi, menciptakan lagu dan menikmati lagu
  6. Inteligensi Interpersonal (interpersonal intelligence), kemampuan seseorang untuk mengerti dan menjadi peka terhadap perasaan, motivasi, watak, temperamen, ekspresi wajah, suara dan isyarat dari orang lain. Secara umum, inteligensi interpersonal merupakan kemampuan seseorang untuk menjalin relasi dan komunikasi dengan orang lain.
  7. Inteligensi Intrapersonal (intrapersonal intelligence), kemampuan seseorang untuk mengerti tentang diri sendiri dan mampu bertindak secara adaptif berdasar pengenalan diri. Termasuk dalam inteligensi interpersonal adalah kemampuan seseorang untuk berefleksi dan menyeimbangkan diri, mempunyai kesadaran tinggi akan gagasan-gagasan, mempunyai kemampuan mengambil keputusan pribadi, sadar akan tujuan hidup dapat mengendalikan emosi sehingga kelihatan sangat tenang. Orang yang mempunyai kecerdasan interpersonal akan dapat berkonsentrasi dengan baik
  8. Inteligensi Lingkungan/Natural (natural intelligence), kemampuan mengerti flora dan fauna dengan baik, dapat memahami dan menikmati alam dan menggunakannya secara produktif dalam bertani, berburu dan mengembangkan pengetahuan akan alam. Orang yang mempunyai kecerdasan lingkungan/natural memiliki kemampuan untuk tinggal di luar rumah, dapat berhubungan dan berkawan dengan baik.
  9. Inteligensi Eksistensial (existential intelligence), lebih menyangkut pada kepekaan dan kemampuan seseorang dalam menjawab persoalan-persoalan terdalam mengenai eksistensi manusia.

Dalam menjalani kehidupan pribadi, lembaga dan bermasyarakat kita memerlukan kecerdasan, yakni kemampuan untuk merencanakan kebaikan-kebaikan, mengorganisir pelaksanaan tugas-tugas kebaikan, menghadapi dan menyelesaikan masalah apapun sehingga berbuah kebaikan. Karena kebaikanlah sumber gagasan kita, kebaikan pulalah cara yang kita gunakan dan kebaikan pulalah yang ingin kita capai.

Makna Modern
141011_modernModern diartikan sebagai sebuah kondisi yang tidak lagi tradisional, diartikan juga maju, mutakhir dan lebih baik. Kehidupan modern dianggap sebagai sebuah kondisi yang lebih mensejahterakan, lebih membawa kamajuan-kemajuan dalam semua aspek kehidupan masyarakat, lebih memberikan kemudahan-kemudahan bagi manusia dalam menghadapi kehidupan. Walaupun dalam kupasan berikutnya, penulis juga ingin tampilkan bahwa tidak selamanya kehidupan modern tersebut membawa kebaikan-kebaikan.
Benarkah kita sudah menjadi manusia modern? Menurut Alex Inkeles (sosiolog), manusia modern memiliki ciri; (1) dapat menerima hal-hal baru, (2) dapat menerima berbagai pandangan, (3) menghargai waktu, (4) Memiliki perencanaan dan pengorganisasian, (5)percaya diri, (6) perhitungan, (7)menghargai harkat hidup orang lain, (8)lebih percaya pada ilmu pengetahuan dan teknologi, (9)menjunjung tinggi suatu sikap dimana imbalan sesuai dengan prestasi yang diberikan.
Karena pengaruh Barat sangat dominan dalam percaturan dunia, dewasa ini barometer kehidupan modern cenderung berkiblat ke Eropa dan Amerika. Sehingga ada pergeseran nilai-nilai, dari lokal, nasional ke westerniasi, yakni kebarat-baratan. Menurut Kumar, masyarakat modern saat ini ditandai dengan: (1) Individualisme, dimana setiap orang begitu merdeka untuk hidup sesuai kehendaknya masing-masing, tanpa terbelenggu dengan ikatan kelompok. Hal ini pula yang mendorong setiap orang hanya mementingkan dirinya sendiri, dan adakalanya lupa dengan kepentingan orang lain. (2)Diferensiasi , dimana setiap orang merdeka memilih kekhasan masing-masing, terpecah-pecah dalam kekhusususan, seperti bidang keilmuan, bidang pekerjaan, gaya hidup, peluang kerja, dll. (3) Rasionalitas, setiap tindakan diukur berdasarkan pemikiran rasional. (4)Berorientasi pada materi, dimana semua orang mengorientasikan hidupnya pada penguasaan uang, kekayaan, invetasi, untung rugi, keuntungan, kesenangan. (5)Perkembangan hidup mengikuti arus globalisasi.
Ketika kehidupan modern dianggap sebagai kehidupan yang lebih baik, namun pada prakteknya dewasa ini kita menemukan banyak kejanggalan. Karl Mark sendiri kerpendapat bahwa saat ini manusia sedang menjadi mesin-mesin ekonomi, yang sangat sibuk dengan kegiatan ekonominya dari pagi sampai sore, bahkan lupa dengan kebutuhan dirinya sendiri sebagai seorang manusia. Manusia, menurut Mark, teralienasi dari sifat dasarnya sebagai seorang yang humanis, berubah menjadi sosok ekonomis. Menurut Durkheim, kehidupan modern dan kesibukan ekonomi membuat seseoarng menjadi terkekang dengan kesibukan pencarian materi, sehingga banyak manusia modern yang mencari pelarian untuk melampiaskan “nafsu” kebinatanganya.
Dalam kehidupan dewasa ini, modernitas juga memang menempatkan “harta” sebagai dewa yang dijadikan sumber nilai dan tujuan hidup. Manusia terus berfikir untuk mengolah apapun yang ada di sekitarnya untuk dimanfaatkan bagi kehidupan, dan munculah eksploitasi. Global warning merupakan balas dendam dari alam atas kerakusan manusia dalam mengeksploitasi alam. Di sisi lain, kita juga menemukan semakin renggangnya hubungan antar manusia, hubungan kekerabatan, karena semua manusia terbentuk sebagai mesin pencari uang.

Makna Religius
Kekhawatiran akan dampak buruk modernitas telah melahirkan banyak gagasan dari berbagai tokoh, bahwa kita harus kembali kepada nilai-nilai yang terdapat dalam agama (spiritualitas), kembali hidup harmoni dengan alam (back to nature), kembali melirik nilai-nilai lokal yang tersimpan lama di para leluhur (local wisdom). Religius dimaksudkan sebagai kemampuan diri dan masyarakat untuk melihat sebuah persoalan, berfikir dan bertindak sesuai kaidah-kaidah nilai yang digariskan oleh Tuhan, sehingga Tuhan tidak murka terhadap manusia. Tentu saja nilai-nilai yang digariskan Tuhan tersebut adalah nilai keharmonian antara manusia dengan dirinya sendiri, dengan keluarga, dengan masyarakat, dengan alam, dengan tugas dan peranya dalam kehidupan sosial, serta menuntun manusia untuk memiliki visi dan misi dalam mewujudkan berbagai kebaikan.

Peran Perguruan Islam Al Syukro Universal
Dalam kaitanya dengan motto Kota Tangerang Selatan, yakni Cerdas, Modern dan Religius, Perguruan Islam Al Syukro Universal memiliki kontribusi yang sangat berarti. Dalam proses pencerdasan, Al Syukro Universal terus melakukan kegiatan pendidikan formal melalui penyelenggaraan TK, SD dan SMP sejak tahun 2000 sampai saat ini, dan kemudian akan terus dikembangkan menjadi pusat pendidikan terkemuka hingga Perguruan Tinggi di masa depan. Perguruan Islam Al Syukro memiliki Visi: “Menjadikan Perguruan Islam Al Syukro Universal sebagai pusat pendidikan terkemuka dan berhasil sebagai penyelenggara Pendidikan Usia Dini, Dasar, Menengah sampai  dengan Pendidikan Tinggi yang bernafaskan Islam dan bertaraf internasional”
141011_alsyukroPembelajaran yang diberikan memperhatikan keragaman potensi kecerdasan murid, mendorong pertumbuhan sikap dan kematangan pribadi murid, dan dimaksudkan untuk membentuk karakter agar mereka menjadi pribadi yang berguna bagi dirinya sendiri, bagi keluarga dan masyarakat. Lulusan Perguruan Al Syukro diharapkan menjadi pribadi-pribadi yang cerdas, yang mampu melakukan tindakan terbaik dalam hidupnya, survive dalam hidupnya kelak, dan menjadi bagian dari masyarakat yang maju.
Dalam proses modernisasi, Al Syukro Universal terus mendidik anak-anak dan generasi muda agar memiliki karakter maju dan modern, antara lain (1)mencintai ilmu pengetahuan, (2)memiliki kemampuan managerial, (3)percaya kepada kejujuran dan kemampuan diri serta mampu berkompetisi, dan lain-lain. Selain pembelajaran yang berorientasi pada standard-standard pendidikan nasional, pembelajaran di Al Syukro Universal mengejar kemampuan murid dalam hal berbahasa asing, terampil menggunakan media IT, memahami wawasan-wawasan internasional. Tentu ditopang dengan lingkungan sekolah yang asri, nyaman dan aman.
Dalam proses religiusitas, supaya masyarakat tidak terjerumus pada kenistaan kehidupan modern, Al Syukro Universal berusaha sekuat tenaga dalam membekali generasi muda dengan nilai-nilai dan pengetahuan agama, sehingga akan menjadi pribadi berkarakter, yang religius. Peran Al Syukro Universal untuk mencerdaskan, membentuk masyarakat modern yang religius merupakan andil nyata untuk mewujudkan motto kota Tangsel menjadi harapan.